Ragam

Terus Bergantung Sektor Ekstraktif, Transformasi Ekonomi Kaltim Butuh Eksekusi Nyata



HEADLINENUSANTARA.COM, Samarinda – Bank Indonesia (BI) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, menyelenggarakan Seminar Nasional bertajuk “Transformasi Ekonomi Kaltim: Mendorong Sektor Keberlanjutan dan Inklusif sebagai Alternatif Sektor Ekstraktif.”

Acara ini digelar untuk membahas hasil kajian strategis tentang langkah-langkah memperkuat perekonomian Kaltim yang selama ini sangat bergantung pada sektor ekstraktif seperti migas dan batu bara. Selain itu, sekaligus menjadi forum diskusi yang bertujuan menciptakan arah kebijakan ekonomi Kaltim yang berkelanjutan dan inklusif, terutama di tengah tantangan ekonomi global dan transformasi besar-besaran yang dipicu pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).

Dalam sambutannya, Kepala Perwakilan BI Kalimantan Timur, Budi Widihartanto, menyoroti capaian strategis Kaltim dalam hal ekspor dan investasi. Menurutnya, Kaltim mencatatkan diri sebagai provinsi dengan kontribusi ekspor terbesar ketiga di Indonesia pada 2023 dengan nilai 10,43.

Selain itu, Kaltim juga menjadi salah satu provinsi dengan nilai investasi tertinggi di Indonesia, termasuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar 7,73 dan Penanaman Modal Asing (PMA) senilai 2,65 pada tahun yang sama. “Ekspor dan investasi adalah dua sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian Kaltim, namun sudah saatnya kita mendorong diversifikasi ekonomi agar lebih inklusif dan berkelanjutan,” ujarnya.

Sementara itu, Pj Gubernur Kalimantan Timur, Akmal Malik, yang diwakili Staf Ahli Bidang Politik dan Hukum, AFF Sembiring, menyampaikan harapannya agar seminar ini mampu menjadi titik awal diskusi produktif untuk menghadirkan solusi konkret. “Hasil kajian yang dipaparkan hari ini hendaknya menjadi acuan dalam kebijakan yang inklusif dan berkelanjutan di Provinsi Kalimantan Timur,” katanya saat membuka acara.

URGENSI TRANSFORMASI EKONOMI

Edi Wibowo, Direktur Bioenergi, membawakan materi bertajuk “Pertumbuhan Ekonomi Kaltim yang Berkualitas dan Berkelanjutan.” Edi menekankan bahwa Kalimantan Timur menghadapi tiga urgensi utama dalam transformasi ekonomi, yakni:

  1. Risiko ketidakpastian ekonomi global yang semakin besar.
  2. Dukungan terhadap pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) sebagai episentrum baru Indonesia.
  3. Komitmen terhadap pencapaian Net Zero Emission di tingkat nasional dan internasional.

“Rata-rata pertumbuhan ekonomi Kaltim selama 10 tahun terakhir berada di angka 2,10 persen, yang merupakan terendah secara nasional jika dibandingkan Bali (3,53 persen) atau Papua Barat (3,16 persen). Ketahanan ekonomi Kaltim perlu diperkuat untuk menghadapi dominasi sektor ekstraktif dan ancaman ketidakpastian global,” ungkapnya.

Dalam paparannya, Edi juga menyoroti tantangan global, seperti melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia pada 2024, meningkatnya ketegangan geopolitik, dan risiko perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok.

Edi menambahkan, untuk mendukung transisi energi, kolaborasi antara berbagai pihak sangat diperlukan. “BUMN, swasta, media, akademisi, hingga masyarakat memiliki peran strategis dalam mendorong Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Tanpa kolaborasi, transisi energi sulit berjalan optimal,” terangnya.

TANTANGAN KETERGANTUNGAN SDA

Aji Sofyan Effendi, Ketua Tim Kajian Transformasi Ekonomi Kaltim, menggarisbawahi tingginya ketergantungan ekonomi Kaltim pada sumber daya alam (SDA) yang tidak dapat diperbarui. “Hampir setengah APBD Kaltim masih bergantung pada Dana Bagi Hasil (DBH) SDA, yakni sebesar 48 persen. Selain itu, entitas bisnis di sektor SDA didominasi oleh modal asing, yang berisiko tinggi menimbulkan capital outflow,” paparnya.

Aji juga mengkritik ketiadaan blueprint, roadmap, dan milestone yang jelas dalam transformasi ekonomi Kaltim. “Jika kita terus bergantung pada SDA, pertumbuhan ekonomi Kaltim akan semakin resisten di masa depan. Jangan sampai kita hanya membahas ini berulang kali tanpa eksekusi nyata itu namanya bullshit,” tegasnya.

MEMBANGUN MASA DEPAN KALTIM YANG BERKELANJUTAN

Seminar ini menyimpulkan bahwa transformasi ekonomi Kalimantan Timur membutuhkan visi yang jelas, dukungan regulasi yang tepat, serta kolaborasi lintas sektor. Dengan potensi besar yang dimiliki Kaltim, langkah-langkah konkret harus segera diambil untuk menciptakan perekonomian yang lebih mandiri, inklusif, dan berkelanjutan.

Hasil kajian ini diharapkan menjadi acuan strategis bagi pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat dalam merancang kebijakan dan langkah nyata untuk menjawab tantangan di era baru ini. Transformasi ekonomi Kaltim bukan hanya pilihan, tetapi sebuah keharusan untuk memastikan kesejahteraan generasi mendatang dengan eksekusi nyata.

Editor: Awan

Ibu Kota Nusantara  BI Kaltim  Bank Indonesia   Transformasi Ekonomi Transformasi Ekonomi Kaltim 

Berita Lainnya