Ekonomi Bisnis

Tiongkok Surplus Energi dari Pembangkit Angin & Surya, Ekspor Batu Bara Kaltim Merosot



Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur, Budi Widi Hartanto. (Headlinusantara)
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur, Budi Widi Hartanto. (Headlinusantara)

HEADLINENUSANTARA.COM, Samarinda - Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur, Budi Widi Hartanto, menyampaikan bahwa baik ekspor migas maupun nonmigas Kaltim mencatatkan perlambatan pada triwulan I 2025, sehingga menahan laju pertumbuhan komponen ekspor daerah.

“Secara keseluruhan, komponen ekspor Kalimantan Timur pada triwulan I 2025 tumbuh 6,23 persen secara tahunan (yoy), lebih rendah dibandingkan 7,47 persen (yoy) pada triwulan sebelumnya. Perlambatan ini terutama disebabkan kontraksi pada ekspor nonmigas dan migas,” ujar Budi. 

Ekspor nonmigas Kaltim pada triwulan I 2025 terkontraksi 10,45 persen (yoy), padahal pada triwulan sebelumnya masih tumbuh positif 33,22 persen (yoy).

Sementara itu, ekspor migas Kaltim juga mengalami kontraksi sebesar 12,51 persen (yoy) setelah sebelumnya tercatat tumbuh 2,76 persen (yoy).

Berdasarkan komoditas, penurunan ekspor nonmigas dipicu oleh melemahnya pengiriman batu bara dan minyak kelapa sawit (CPO) seiring menurunnya permintaan dari negara mitra dagang utama. Ekspor batu bara pada periode pelaporan terkontraksi lebih dalam, yakni -27,55 persen (yoy), dibanding -3,65 persen (yoy) pada triwulan sebelumnya.

“Kontraksi ekspor batu bara disebabkan penurunan permintaan dari Tiongkok yang terkontraksi 4,16 persen (yoy) setelah sempat tumbuh 42,35 persen (yoy). Kondisi ini terjadi di tengah melimpahnya pasokan batu bara dan lonjakan kapasitas pembangkit listrik tenaga angin dan surya di Tiongkok yang mencapai 1.482 gigawatt, sehingga untuk pertama kalinya melampaui kapasitas listrik termal berbasis bahan bakar fosil,” jelasnya.

Harga batu bara pada periode pelaporan juga tercatat melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Ekspor CPO Kaltim juga terkontraksi 39,48 persen (yoy), terutama akibat menurunnya permintaan dari Pakistan sebagai negara mitra ekspor CPO terbesar ketiga. Walaupun harga CPO secara level meningkat, laju kenaikannya melambat year on year.

Dari sisi migas, komoditas gas tercatat mengalami kontraksi 25,23 persen (yoy), setelah tumbuh 14,18 persen (yoy) pada triwulan sebelumnya. Penurunan ini dipicu penundaan pengiriman sejumlah kargo liquefied natural gas (LNG) untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi dalam negeri di tengah naiknya harga minyak akibat gejolak geopolitik global.

Penulis: Yoghy Irfan
Editor: Awan

  laporan ekonomi kaltim  Ekonomi kaltim  BI Kaltim 

Berita Lainnya