Ragam

Mencontoh Kesuksesan Lombok dalam Pengembangan UMKM dan Pariwisata



Menenun adalah salah satu tradisi warisan leluhur Suku Sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat yang masih dilestarikan hingga saat ini. (selasar/yoghy)
Menenun adalah salah satu tradisi warisan leluhur Suku Sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat yang masih dilestarikan hingga saat ini. (selasar/yoghy)

HEADLINENUSANTA, Lombok - Selama lima tahun terakhir, Lombok telah menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam sektor pariwisata, menjadikannya salah satu destinasi menarik di Indonesia. Berbagai faktor berkontribusi terhadap kemajuan ini, mulai dari peningkatan infrastruktur, pengembangan kawasan strategis, hingga kolaborasi yang erat antara pemerintah dan pihak swasta.

Pemerintah telah berhasil memperluas Bandara Internasional Lombok yang menghubungkan Lombok dengan Bali dan Jawa. Selain itu, Kawasan Strategis Pengembangan Pariwisata Nasional (KSPPN) Mandalika menjadi fokus utama, dengan tujuan menciptakan pusat-pusat pertumbuhan baru berbasis sektor pariwisata. Pemerintah dan pihak terkait juga aktif meningkatkan kapasitas dan kapabilitas sumber daya manusia (SDM) untuk mendukung sektor pariwisata ini.

KARYA PENGRAJIN LOKAL BERKUALITAS EKSPOR
Sejak tahun 1993, Hainiatun, yang akrab disapa Ibu Atun, telah menjadi pilar utama dalam pelestarian kerajinan gerabah khas Banyumulek di Lombok. Sebagai pengelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Gerabah Banyumulek, ia tidak hanya mempertahankan warisan budaya Lombok, tetapi juga memberdayakan masyarakat lokal melalui industri kerajinan tangan.

Berawal dari keinginan untuk melestarikan kerajinan tradisional, Ibu Atun mulai menggerakkan produksi gerabah di kampungnya. "Produksinya kita ada di kampung, jadi kita buatnya di kampung dan kita pesan di pengrajin," ungkapnya.

Seorang pengunjung sedang melihat hasil karya kerajinan gerabah unik khas lombok bernama kendi maling. (selasar/yoghy)
Seorang pengunjung sedang melihat hasil karya kerajinan gerabah unik khas lombok
bernama kendi maling. (selasar/yoghy)

Dengan melibatkan para pengrajin lokal, ia memastikan bahwa keterampilan membuat gerabah tetap hidup dan menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat sekitar.

Salah satu produk unggulan yang paling diminati adalah Kendi Maling. "Itu kan hanya ada di Lombok, tidak ada di tempat lain," kata Ibu Atun dengan bangga. Keunikan kendi ini terletak pada desainnya yang khas, di mana lubang pengisian air tersembunyi, membuatnya menjadi suvenir yang menarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.

Kerajinan gerabah Banyumulek telah menembus pasar global. "Bisa dikatakan sudah ke semua negara," tuturnya. Produk-produk yang diekspor biasanya berukuran besar, namun barang kecil juga diminati. "Kalau dikirim itu pakai volume, jadi yang kecil-kecil bisa dimasukkan ke dalam," jelasnya mengenai strategi pengiriman.

Dengan harga mulai dari Rp10.000 hingga Rp4 juta, gerabah Banyumulek menawarkan beragam pilihan. Produk berharga tinggi biasanya adalah barang besar yang dibalut motif batik. Untuk konsumen dengan anggaran terbatas, tersedia juga gerabah polos yang terjangkau.

Meski menghadapi berbagai tantangan, Ibu Atun tetap optimis. Dengan mengandalkan pengunjung yang datang langsung dan terus berinovasi, ia berharap kerajinan gerabah Banyumulek semakin dikenal. Upayanya dalam memberdayakan masyarakat lokal dan melestarikan budaya Lombok menjadi inspirasi bagi banyak pihak.

 Atraksi Peresean di Desa Wisata Bilebante. Peresean adalah tradisi turun temurun masyarakat Suku Sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat yang menggunakan rotan dan tameng sebagai senjata dan perisai dalam pertarungan.

PERAN ANAK MUDA DI PENGEMBANGAN WISATA LOMBOK
Dengan berbagai upaya yang telah dilakukan, Lombok semakin dikenal sebagai destinasi wisata yang berkembang pesat, menawarkan pengalaman yang beragam dan menarik bagi wisatawan dari seluruh dunia. Dengan capaian ini, Lombok bisa menjadi contoh baik dalam upaya pengembangan pariwisata di Kalimantan Timur (Kaltim).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kaltim, Budi Widihartanto, mengemukakan pentingnya pengembangan desa wisata di Kaltim. Menurutnya, Lombok telah berkembang pesat, sebanding dengan perkembangan Bali di masa lalu, berkat dukungan berbagai faktor salah satunya dengan dibangunya proyek strategis nasional di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika.

Potensi peningkatan pariwisata ini pun turut dimanfaatkan daerah penopang kawasan KEK dengan menyiapkan desa-desa wisata garapan kelompok sadar wisata.

"Salah satu contoh sukses adalah Desa Wisata Bilebante di Lombok. Melalui ide-ide inovatif dari para pemuda, desa tersebut kini menjadi destinasi ramai yang dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara," ujar Budi.

 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kaltim, Budi Widihartanto. (selasar/yoghy)

PENDEKATAN 3A 2P DALAM PENGEMBANGAN WISATA
Belajar dari keberhasilan Lombok, Budi mengusulkan agar Kalimantan Timur menerapkan pendekatan 3A 2P (Atraksi, Aksesibilitas, Amenitas, Promosi, dan Partisipasi) dalam mengembangkan desa wisata. Beberapa langkah konkret yang disarankan antara lain:

  • Atraksi: Menyediakan kegiatan seperti trekking sepeda, pertunjukan kesenian lokal, dan pengalaman kuliner khas daerah. Selain itu, memanfaatkan hasil pertanian dan kerajinan lokal sebagai daya tarik tambahan.
  • Amenitas: Pengembangan fasilitas homestay agar wisatawan dapat merasakan pengalaman tinggal di desa dan berinteraksi langsung dengan masyarakat setempat.
  • Aksesibilitas: Peningkatan infrastruktur jalan dan transportasi untuk memudahkan wisatawan mencapai destinasi wisata. Budi menyoroti pentingnya peran pemerintah daerah dalam mendukung perbaikan infrastruktur ini.

Kerja sama dengan pihak swasta, penyelenggara tur, dan lembaga keuangan seperti Bank Indonesia menjadi kunci dalam pengembangan ini. "Pemerintah daerah perlu berkolaborasi dengan para pelaku industri pariwisata untuk mengarahkan wisatawan, terutama yang datang dalam bentuk grup, ke destinasi-destinasi lokal," kata Budi.

Ia juga menekankan peran lembaga perbankan dan lembaga vertikal lainnya dalam mendukung ekonomi kreatif. "Komitmen bersama diperlukan agar para tamu dan wisatawan diarahkan ke tempat-tempat ekonomi kreatif yang ada di wilayah sekitar," tambahnya.

 

Seorang wisatawan mencoba aktivitas menenun kain khas lombok.

PENINGKATAN KAPASITAS UMKM UNTUK EKSPOR
Terkait potensi ekspor produk UMKM di Kalimantan Timur, Budi menyoroti pentingnya konsistensi, kualitas, dan kuantitas produk. Ia mengakui bahwa beberapa UMKM telah berhasil menembus pasar ekspor, namun untuk mempertahankan dan meningkatkan capaian tersebut, diperlukan:

  1. Pelatihan: Meningkatkan kemampuan pelaku UMKM dalam memahami kebutuhan pasar internasional, termasuk preferensi warna dan desain produk.
  2. Konsistensi Kualitas: Memastikan produk yang dihasilkan memenuhi standar kualitas tinggi yang dibutuhkan pasar ekspor.
  3. Kuantitas Produksi: Mampu memenuhi permintaan dalam jumlah besar dengan waktu yang singkat.
  4. Kolaborasi Antar Pelaku Usaha: Membangun sinergi dan kerja sama antar pelaku ekonomi kreatif, bukan saling berkompetisi secara tidak sehat. "Era sekarang adalah era kolaborasi. Dengan saling mendukung, kita bisa memenuhi permintaan pasar yang lebih besar," ujar Budi.

Budi menegaskan bahwa dengan komitmen dan kerja sama yang baik antara pemerintah daerah, pelaku usaha, dan berbagai pihak terkait, Kalimantan Timur memiliki potensi besar untuk mengembangkan ekonomi kreatif dan pariwisata. "Kita tidak kalah dengan daerah lain. Tinggal bagaimana kita mengoptimalkan potensi yang ada dan belajar dari kesuksesan daerah lain seperti Lombok," pungkasnya.

Penulis: Yoghy Irfan
Editor: Awan

Pengembangan UMKM  Pengembangan Pariwisata  UMKM di Lombok  Pokdarwis Gerabah Banyumulek  Bank Indonesia Kaltim  BI Kaltim   

Berita Lainnya