Kutai Kartanegara

Desa Embalut: Di Balik Tambang, Perikanan Jadi Andalan Ekonomi Warga



HEADLINENUSANTARA.COM, Tenggarong - Terkenal dengan aktivitas pertambangan yang cukup padat, Desa Embalut di Kecamatan Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara, ternyata menyimpan potensi ekonomi lain yang tak kalah menjanjikan. Di balik hiruk-pikuk dunia tambang, perikanan air tawar tumbuh menjadi tulang punggung ekonomi sebagian besar masyarakat.

Setiap malam, tak kurang dari dua ton ikan segar dipanen dari kolam-kolam warga. Ikan-ikan ini dipasarkan ke berbagai pasar tradisional di sekitar Kukar, menjadikan Embalut sebagai salah satu sentra produksi ikan air tawar yang cukup stabil.

“Produksi kami stabil setiap hari. Bahkan saat daerah lain dilanda penyakit ikan, kami masih aman,” ujar Yahya, Kepala Desa Embalut, Selasa (4/3/2025).

Budidaya ikan di Embalut bukanlah tren baru. Aktivitas ini sudah lama menjadi bagian dari kehidupan warga, bahkan sebelum isu penutupan tambang mencuat dan menjadi kekhawatiran di tahun-tahun mendatang. Penghasilan dari usaha ini pun cukup menggiurkan, dengan rata-rata pendapatan mencapai Rp15 hingga Rp20 juta per bulan. Bagi pembudidaya yang mengelola banyak keramba, keuntungan bersih bisa menyentuh angka Rp30 juta per bulan.

“Dulu saya punya mimpi punya 60 keramba. Dengan sistem yang benar, hasilnya bisa sangat besar,” tambah Yahya.

Meski menjanjikan, budidaya ikan tetap menghadapi tantangan, terutama dari penyakit ikan seperti Bangar dan KHP. Namun warga Embalut memiliki pendekatan tersendiri dalam mengatasinya.

“Kami punya metode khusus hasil dari pengalaman dan investasi pribadi. Ini bukan ilmu yang bisa ditemukan di buku-buku kampus,” kata Yahya bangga.

Ia menyebut teknik budidaya yang digunakan di Embalut merupakan hasil riset lapangan selama bertahun-tahun, dengan biaya yang tidak sedikit. Bahkan, katanya, metode ini belum tentu diketahui para akademisi sekalipun.

Hal yang menarik, sektor perikanan di Embalut tumbuh secara mandiri dan tidak bergantung pada lahan pasca-tambang. Kolam-kolam warga dibangun dengan memanfaatkan sumber air alami yang tersedia di desa.

“Dari dulu kami sudah melihat potensi air di sini. Ini bukan efek samping dari tambang, tapi memang usaha murni masyarakat,” jelasnya.

Ketika aktivitas tambang mengalami penurunan, perikanan justru menjadi sektor yang tetap memberikan kepastian. Yahya pun sejak awal terus mendorong warganya untuk tidak bergantung sepenuhnya pada tambang, dan mulai mengembangkan usaha yang lebih berkelanjutan seperti perikanan.

“Saya selalu bilang, jangan hanya berharap dari tambang. Harus punya usaha yang bisa berdiri sendiri. Sekarang terbukti, hasilnya sangat luar biasa,” katanya.

Di bawah kepemimpinannya, sektor perikanan Embalut makin berkembang. Yahya aktif mendatangkan penyuluh, memperjuangkan bantuan peralatan, dan mendampingi petani ikan dalam praktik budidaya.

Ke depan, ia menargetkan sektor ini bisa masuk tahap hilirisasi, seperti pengolahan produk ikan agar memberikan nilai tambah bagi ekonomi desa.

“Kalau kita kelola serius dan bersatu, saya yakin perikanan bisa menjadi kekuatan utama ekonomi Embalut di masa depan,” tutup Yahya dengan optimisme.

Penulis: Redaksi Headline Nusantara
Editor: Awan

Diskominfo Kukar 

Berita Lainnya